Sabtu, 09 Maret 2019

Dasar Filsafat Jawa

Dasar Filsafat Jawa
1. Kesadaran Religius
Keimanan dan kepercayaan kepada sesembahan (Tuhan Semesta Alam) yang mendasari munculnya sistem religi dan ritual penyembahan.
2. Kesadaran Kosmis
Menggambarkan hubungan manusia dengan alam semesta dan isinya. Menciltakan ritual sesaji dengan falsafah “sakabehing kang ana manunggal kang kapurbalan kawasesa dening Kang Murbeng Dumadi”.
3. Kesadaran Peradaban
Pemahaman mengenai hubungan manusia dengan manusia.
Berwujud ajaran:
  • · Memayu hayuning pribadi,
  • · Memayu hayuning kaluwarga,
  • · Memayu hayuning bebyaran,
  • · Memayu hayuning Negara,
  • · Memayu hayuning bawana.
Menurut Prof. Dr. Branders (1889), manusia JAWA telah memiliki 10 dasar kehidupan asli yang ada sebelum masuknya agama agama impor, yaitu:
(1) Pertanian, sawah, dan irigasi,
(2) pelayaran,
(3) perbintangan,
(4) wayang,
(5) gamelan,
(6) batik,
(7) metrum,
(8) cor logam,
(9) mata uang, dan
(10) sistem pemerintahan.
Budaya2 tersebut ada sejak Jawa kuno dan merupakan kedaulatan spiritual Jawa, filsafat yang digunakan untuk hidup di tanah Jawa, filsafat hidup lengkap di Jawa.
Kesempurnaan, Kesatuan, dan Keutamaan
1. Kesadaran Religius
Iman adanya Tuhan (sesembahan) yang memunculkan ritual penyembahan.
Sembah Raga, Jiwa, dan Sukma, yang mencakup semua daya hidup berupa cipta, rasa, karsa, dan daya spiritual. Berbentuk Tapa Brata (Durung wenangamemuja lamun during tapa brata).
Terdiri dari 5 bentuk:
1) Mengurangi makan dan minum (anerima),
2) Mengurangi keinginan hati (eling),
3) Mengurangi nafsu birahi (tata susila),
4) Mengurangi nafsu amarah (sabar), dan
5) Mengurangi berkata2 atau bercakap2 yang sia2 (sumarah).
Tapa Brata bukan tata cara penyembahan seperti pada agama impor tetapi hanya sarana untuk menata kekuatan hidup (dayaning urip). Tapa Brata merupakan sifat totalitas menjalani hidup yang benar dan baik menuju kesempurnaan. Hidup yang sempurna (sukma) akan bersatu dengan Sang Sempurna (Guruning Ngadadi). Ilmu Kesempurnaan (Kawruh Kasampurnan)
2. Kesadasaran Kosmis
Hubungan manusia dan alam semesta, semua yang ada di semesta adalah satu (manunggal) yang ada berasal dari Sang Pencipta (Sukma Kawekas, Sah Hyang Wisesaning Tunggal, Sanghyang Wenang). Mendasari pengetahuan kesatuan, berupa hubungan kosmis-magis manusia dan alam seisinya.
Bentuk2 ajarannya adalah :
1) Bersatunya alam kecil (mikrokosmos) dengan alam besar (makrokosmos)
Alam dan seisinya, termasuk manusia adalah satu kesatuan.
2) Bapa Angkasa dan Ibu Bumi
Manusia dibangun dari unsur cahaya (cahya lan teja) dan unsur bumi (bumi, banyu, geni, lan angin utowo hawa).
3) Kakang Kawah Adi Ari Ari
Kelahiran berupa makhluk (Sabda Tuhan) yang tampak maupun tidak tampak. Kesadaran kesatuan akan semesta menjadikan manusia JAWA memiliki ritual Slametan dan Sesaji (caos dahar). Sebagai contoh adalah Slametan Mitoni.
Pengetahuan mengenai kesatuan disebut dengan persatuan manusia dan Tuhan (manunggaling kawula lan Gusti). Merupakan puncak filsafat Jawa.
3. Kesadaran Peradaban
Berupa hubungan manusia dengan sesama manusia.
Manusia sebagai makhluk utama haru berhubungan dengan sesame manusia dalam keutamaan (beradab). Mewujudkan kesadasaran berintergrasi apalagi dalam bernegara. Konsep “tata tentrem kerta raharja” menjadi tujuan utama. Sebagai konsep bermasyarakat dan bernegara.
Pengetahuan keutamaan merupakan ajaran untuk menciptakan dunia yang indah (memayu hayuning bawana). Untuk menciptakan dunia yang indah dibutuhkan keutamaan budi pekerti, nilai kerukunan, dan keselarasan yang menjadi nilai utama.
Sehingga, FILSAFAT JAWA (KEJAWEN) merupakan filsafat keutamaan, filsafat keselarasan, dan filsafat keberadaban untuk menciptakan hidup yang rukun, selaras, dan beradab yang berlandaskan budi pekerti dan spiritualitas yang luhur.