Karma atau dalam kejawen biasa disebut Ngunduh Wohing Pakarti. Karma adalah hukum sebab akibat yang berlaku pada setiap mahluk didunia / dibumi. Tidak ada yang pernah bisa lepas dari hukum karma. Yang membedakan adalah mampukah kita meminimalkannya? Namun kita juga tidak pernah tahu seberapa besar porsi hukum karma berlaku pada setiap mahluk itu. Apakah perbuatan A memiliki porsi nilai 10 ataukah 100? Tidak ada yang tahu persis karena mungkin itu tetap menjadi rahasia Gusti Ingkang Maha Agung.
Kita mungkin bisa “niteni” saja, jika si A berbuat A maka si A akan mendapatkan akibat A.
Definisi karma menurut Hindu adalah seperti berikut ini :
“Apapun yang anda lakukan baik itu secara ragawi maupun melalui jalan pikiran, dari pagi hingga malam, sepanjang hari, bulan, tahun dan seumur hidup anda, semenjak anda lahir sampai mati disebut KARMA.”
Contohnya : bangun, duduk, mandi, mencuci, berjalan, berdagang, memakan, berolah raga, bersanggama, bekerja, bersembahyang, bernafas, dst. dst.
“Kesemua tindakan dan aksi yang dilakukan melalui berbagai indriyas (organ-organ tubuh penting), baik secara instinktif maupun melalui jalur pikiran yang dipengaruhi oleh rasa senang maupun tidak senang, suka-duka, dsb., disebut KARMA”.
Menurut para resi dan Shastra-Widhi kita, kesemua karma ini terbagi di dalam tiga kategori sesuai dengan tahap-tahap yang hadir, seperti berikut ini :
1. KRIYAMANA KARMA, yang berarti sebuah tindakan dilakukan pada saat ini secara instan kemudian menghasilkan pahala dan akibat pada saat ini juga.
2. SANCHIT KARMA, yaitu karma komulatif, yaitu karma atau tindakan yang pernah dilaksanakan pada saat atau waktu-waktu yang lalu, namun belum matang pahalanya, jadi tertunda sampai saatnya kelak, sampai pada suatu saat tertentu yang tepat. Selama belum tiba saatnya, maka karma ini bersifat balans dan terkumpul terus (ibarat deposito dan bunganya).
3. PRARABDHA KARMA, berarti hasil dari semua tindakan Sanchit Karma yang telah matang, akan menghasilkan pahala. Biasanya fenomena ini oleh manusia awam disebut kebetulan, nasib, keberuntungan, takdir, kodrat, dsb. Mari kita pelajari ketiga bentuk karma ini secara teliti.
KETERANGAN :
KRIYAMANA KARMA.
Contohnya anda meminum air yang dingin di saat yang panas. Maka rasa haus anda akan langsung terpuaskan. Atau anda menampar seseorang dan pada saat itu juga anda dihajar kembali. Satu lagi contoh, anda menenggak racun, dan anda mati seketika.
SANCHIT KARMA.
Contohnya : Berbagai karma di atas tidak langsung berakibat, jadi tertunda dan masuk ke daftar tunggu, untuk kemudian dimatangkan yang pada saatnya nanti akan matang dikemudian hari. Karma-karma ini terkumpul secara misterius dan akan berakibat pada saat yang telah ditentukan-Nya.
Contoh : Anda melaksanakan ujian sekolah pada hari ini, namun hasilnya akan ditentukan setelah satu bulan.Kemudian ada contoh lain : Anda meminum obat saat ini, namun baru sembuh setelah sekian waktu berlalu.Ada contoh lain : Anda menyusahkan orang tua pada saat ini, anda dibalas oleh putra-putri anda setelah bertahun-tahun kemudian.Ada contoh yang lebih unik, anda berusaha menjadi artis sepanjang hidup anda, namun anda mati terlalu cepat. Pada kehidupan selanjutnya anda menjadi tenar bahkan di saat muda tanpa banyak bersusah-payah.
Ini semua bukanlah kebetulan belaka. Karena setiap aksi akan menimbulkan reaksi, setiap sebab menimbulkan akibat, dan setiap upaya menghasilkan sesuatu pada saat yang tepat, tanpa pengecualian.
Ada jenis padi yang siap dipanen setelah 90 hari, namun ada juga yang memiliki durasi petik setelah 120 hari. Demikian juga ada pohon nangka yang berbuah setelah 10 tahun, dan ada pohon jambu yang siap petik setelah 3 tahun, dst. Tentu semua ini harus ada penyebab-penyebabnya seperti kwalitas benih, masa pertumbuhan, pupuk, perawatan, cuaca, dsb.
Contoh dari Epik Ramayana : Ayahnda Sri Rama Wijaya yang disebut Sri Dastaratha, di masa mudanya pernah membunuh putra seorang brahmana yang tidak berdosa yang bernama Srawana. Kedua orangtua Srawana yang buta matanya mengutuk Dastaratha yang saat itu masih belum menikah, bahwa iapun akan terpisah dari putra-putranya secara menyedihkan suatu saat kelak. Bagi para penggemar Ramayana tentunya faham bagaimana menderitanya raja tersebut saat harus berpisah dengan putra-putranya Rama dan Lakshmana. Epik ini sarat dengan adegan-adegan yang berlatar belakang hukum karma. Walaupun Sri Rama adalah wujud Awatara Bhagawatam (Ilahi), namun sebagai seorang manusia yang dilahirkan di bumi ini, Beliau ternyata tunduk pada hukum-hukum karma yang berlaku secara universal dan alami, dan tidak mau merubahnya sama sekali.
Contoh lain hadir di Mahabrata, Raja Dhristaratha yang buta kehilangan 100 putra-putranya dalam perang Bratayudha. Suatu saat ia memohon petunjuk Sri Krishna. Melalui daya sakti Krishna, maka Raja Dhristaratha mampu menyaksikan masa lalunya. Pada masa tersebut (Lima puluh kelahiran sebelumnya), ia sebagai seorang pemburu membunuh anak-anak burung di sebuah hutan, dan juga membutakan mata burung-burung dewasa dengan asap bara apinya. Akibat yang harus ditanggungnya pada saat Mahabrata berlangsung adalah ia lahir buta dan harus kehilangan seluruh putra-putranya. Jadi tidak ada yang gratis di dunia ini, tidak ada juga kebetulan, nasib atau kodrat, semua berlangsung secara misterius namun sistematis.
Raja ini kemudian bertanya lagi ke Sri Krishna, mengapa harus menunggu 50 kelahiran baru karma-karmanya terbalas. Jawaban Sri Krishna karena untuk mendapatkan 100 orang putra harus menjalani berbagai kehidupan dan karma-karma yang baik dahulu, dan itu memerlukan masa yang amat lama, namun semua itu harus binasa sesuai dengan rekayasa YME melalui berbagai karma-karma yang tertunda. Jadi sebenarnya tidak seorangpun yang dapat melarikan diri dari hukum karma yang serba kompleks namun sesuai kehendak Tuhan YME, Yang Maha Adil, Abadi dan Pasti.
PRARABDHA KARMA.
PRARABDHA KARMA.
Dikenali sebagai nasib, kodrat, keberuntungan, kesialan, kebetulan, dsb. Setiap manusia pasti mempunyai stok Sanchit Karma yang menumpuk dalam kurun waktu yang lama. Sebagian dari Sanchit Karma ini mungkin akan berakibat pada saat-saat tertentu, dan biasanya dianggap kebetulan, hal ini disebut Prarabdha. Misalnya anda lahir dengan kulit yang hitam, atau cacat, atau banci, anak miskin, anak orang kaya, dsb. Semua ini bukan kebetulan atau salah siapa, tetapi merupakan pembayaran untuk karma-karma buruk masa lalu. Setelah melalui berbagai fase-fase penderitaan dan kebahagiaan, maka anda akan bergulir ke kehidupan yang berikutnya.
Sementara itu, dalam kehidupan masa kini, kita senantiasa melahirkan berbagai aksi dan karma yang baru, yang lagi-lagi akan berdampak seterusnya sesuai kaidah-kaidah hukum karma universal yang berlaku. Dengan demikian stok-stok karma kita senantiasa berakumulasi dari suatu kelahiran ke kelahiran berikutnya. Stok Sanchit Karma bertambah terus dan tidak akan punah atau pernah ada habis-habisnya. Siklus kelahiran akan bertambah secara berkesinambungan, terkesan tidak ada moksha.
Setelah memahami fenomena ini, maka seorang filsuf agung yang pernah hidup di tanah Barata ini, yaitu Sri Shankaracharya (Bapak Hindu Modern), memohon dengan tulus kepada Tuhan YME, seperti berikut ini :
“Tidak terhitung jumlah kelahiran dan kematian ini, tidak terhitung jumlah kelahiran di dalam rahim ibu, samudera Samsara ini ternyata sulit untuk dilalui, wahai Tuhan, sudilah berbaik hati, menyelamatkan dan menyeberangkan (aku) dari samudera ini.”
Jebakan Karma yang Sulit Dihindari
Selama anda tidak melakukan suatu aksi, maka tidak akan ada reaksi. Tidak ada akibat tanpa sebab. Namun begitu anda melakukan sesuatu, maka anda akan menghadapi berbagai efek-efeknya. Jadi berfikirlah secara matang sebelum anda melakukan suatu tindakan apapun juga, fahamilah bahwasanya akan timbul reaksi dan akibat jangka pendek dan jangka panjang karena tidak ada sesuatu apapun yang luput dari penglihatan-Nya.
Di dalam kehidupan ini, anda bebas untuk menjadi manusia yang baik dan suci, ataupun menjadi jahat dan destruktif. Namun semua itu ada konskuensinya, sebaiknya anda bertanggung jawab untuk setiap tindakan anda, dan tidak mencari-cari kesalahan orang lain ataupun mencari kambing hitam untuk kesalahan yang anda lakukan sendiri. Jangan juga sekali-kali menyalahkan Tuhan YME, karena Beliau sebenarnya telah menganugerahkan otak dan nurani kepada anda. Padahal hewan dan tumbuh-tumbuhan yang tidak memiliki intelegensia yang tinggi malahan secara naluri amat bertanggung jawab, mengapa manusia yang merasa lebih beradab merusak diri dan lingkungannya secara bodoh?
Sebuah contoh, anjing mencium dahulu makanannya secara instinktif, kalau busuk atau basi, maka ia tidak akan menyantapnya. Jadi secara alami hewan dapat terhindar dari berbagai penyakit. Sebaliknya seorang manusia dengan mudah mengambil dan merampas hak orang lain, tanpa berfikir panjang bahwasanya semua itu harus dibayar kembali secara berlipat ganda dalam bentuk penyakit, pengobatan, penderitaan, dsb. (Penulis merasa swarga dan neraka itu sebenarnya tidak jauh dari bumi ini, alias memang di bumi ini juga adanya.)
Ada sebuah contoh yang aneh, ada seorang pria yang membunuh dua kali. Namun dibantu oleh seorang pengacara yang amat handal, maka iapun terbebas dari jeratan hukum karena tidak terbukti bersalah. Kemudian ada seorang pembunuh lain yang secara brutal menghabisi nyawa orang lain. Namun yang ditangkap polisi malahan pembunuh pertama yang telah bebas karena banyak bukti mengarah kepadanya, walaupun untuk pembunuhan yang ketiga ini ia tidak bersalah sama sekali, toh sang hakim menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Mengapa hal ini dapat terjadi ? Jawabnya : di dua pembunuhan yang pertama, pria ini masih memiliki stok punya karma (karma yang baik) dari masa lalunya, namun pada saat-saat berikutnya stok karma baik ini habis, dan iapun harus menghadapi stok karma-karma buruknya, jadi apapun dapat terjadi. Berbagai Sanchit Karmanya lalu matang dan berubah menjadi nasib, kebetulan dst. Ia mungkin saja lolos dengan mudah dari pengadilan dunia, namun sulit untuk lolos dari pengadilan Tuhan YME.
Sebaliknya, ada saja manusia yang benar jalan hidupnya, namun selalu dirundung derita dan duka nestapa tanpa habis-habisnya. Bukan Tuhan yang salah dalam hal ini, namun karena karma-karma masa lalunya yang telah matang datang berkunjung kepadanya pada saat-saat yang tepat untuk membersihkannya dari berbagai dosa-dosa yang disandangnya. Kalau ia berhasil menerima semua karma ini dengan rasa syukur dan bijak, maka akan menghasilkan pembersihan jiwa raganya dan terciptalah karma-karma yang baik untuknya demi masa-masa yang akan datang.
Tiada aksi yang hilang tanpa reaksi, tidak sebab yang sirna tanpa akibat, dan tiada dosa yang lolos tanpa hukuman dari sistem yang berlaku di hukum karma ini.
Sebuah contoh lagi : Raja Parikesit yang teramat adil dan bijaksana, toh harus membayar secara mahal kehidupannya karena secara emosional melecehkan seorang resi yang sedang bertapa. Namun raja ini segera sadar dan mempersiapkan hukuman bagi dirinya sendiri. Beliau tidak memohon pengampunan kepada Tuhan, walaupun sang resi telah memaafkannya. Dengan gagah berani dan penuh tanggung jawab Beliau lalu menghadapi kematiannya. Akibatnya ia dipatuk ular naga Taksaka, namun dari kejadian itu lahirlah karya adi luhung Srimad Bhagawatham yang menjadi tulang punggung dharma yang amat dominan.
Inilah cara yang benar demi menghadapi Prarabdha. Hadapilah seluruh karma anda dengan berani, benar, tegar, jujur, bahagia, dan penuh tanggung-jawab dan kesadaran. Jangan sekali-kali meminta penundaan karma buruk anda atau orang lain, jangan juga minta dihapuskan, tetapi mohonlah agar diberikan kekuatan dan kesadaran untuk menghadapi segala karma baik dan buruk secara tulus.