Mistisme dan Klenik

Mistisme dan Klenik
Mistisme berhubungan dengan apa yang dirasakan manusia dengan batinnya, dengan rasa, dengan rohnya. Mistis adalah segala sesuatu kejadian atau fenomena dalam kehidupan yang ditangkap manusia dengan batinnya, dengan rasa, dengan rohnya, mengenai segala sesuatu yang dirasakan dan diyakini nyata dan ada, tetapi tidak tampak mata, tidak dapat secara langsung diinderai oleh panca indra manusia. Mistisisme adalah kepercayaan seseorang yang meyakini tentang sesuatu yang tidak tampak mata, tetapi ada, karena bisa diinderai dengan rasa dan batin. Mistisisme tidak sama dengan mitos dan tahayul, yang tidak dapat diinderai dengan rasa dan batin, yang manusia bisanya hanya percaya atau tidak saja.
Sesuai kodrat dan hakekatnya sebagai mahluk duniawi dan illahi, sesuai tujuan awal penciptaan manusia, manusia dibekali dengan akal budi dan roh, bukan hanya insting dan naluri untuk hidup dan bertahan hidup (hewan), sehingga manusia dapat mengenal dirinya sendiri, mengenal peradaban dan mengenal Tuhan yang harus disembah. Dengan rohnya, manusia mengenal roh-roh lain dan kegaiban, dan mengenal “Tuhan” atau “tuhan-tuhan”, suatu pribadi agung yang berkuasa bukan hanya atas dirinya dan hidupnya, tetapi juga atas kehidupan seluruh alam, walaupun dalam niatan menyembah Tuhan manusia banyak jatuh ke jalan penyembahan yang salah.
Sudah menjadi kodrat bahwa manusia diciptakan Tuhan sebagai makluk duniawi yang dibekali dengan akal budi dan roh, sehingga bisa mengenal kegaiban, mengenal mistis. Dan itu berlaku untuk semua manusia, dimana pun mereka berada, bukan hanya di timur dan di barat, tetapi juga di belahan bumi utara, tengah dan selatan. Tetapi masing-masing fenomena gaib dan keyakinan mistisisme berbeda sifat dan wujudnya, sesuai tempat dan peradaban masing-masing manusia.
Termasuk juga kehidupan manusia di negara-negara maju, yang sebelum munculnya agama modern dan rasionalisasi berpikir manusia, mereka hidup dalam nuansa penuh mistis. Walaupun semua yang mistis tidak harus disembah, tetapi mereka bisa merasakannya dan meyakininya benar ada. Dan keyakinan itu menyertai kehidupan mereka sehari-hari, walaupun tidak selalu tampak di permukaan.
Berkembangnya pengaruh agama-agama modern telah merubah / menyetir sikap berpikir manusia tentang perlakuan manusia terhadap mahluk halus. Yang semula memperlakukan mahluk-mahluk halus dengan istimewa, kemudian menjadi menjauhinya. Bahkan hubungan antara manusia dengan mahluk halus seringkali dinyatakan sebagai sesuatu yang “haram”. Ajaran agama-agama modern tidak menghapuskan kepercayaan terhadap sesuatu yang gaib, hanya dibelokkan saja. Yang semula manusia mengagungkan mahluk-mahluk halus dan segala sesuatu yang gaib, kemudian dinyatakan dilarang, tetapi kemudian diharuskan mengagungkan “Tuhan”,  sesuatu yang juga gaib, yang diyakini ada, yang diyakini sebagai penguasa alam dan kehidupan, yang diyakini tidak hanya berkuasa atas hidup manusia, tetapi juga berkuasa atas seluruh mahluk gaib.
Berkembangnya rasionalisasi berpikir manusia adalah yang paling banyak merubah sikap berpikir manusia mengenai hal-hal gaib. Walaupun dalam hati kecilnya mereka tetap meyakini adanya gaib, tetapi dalam kesehariannya mereka tidak mau berhubungan dengan hal-hal gaib. Memikirkannya saja tidak. Segala sesuatu harus dapat dibuktikan secara rasional. Kalau tidak dapat dibuktikan secara rasional, berarti itu hanya tahayul / mitos. Mereka tidak mau hidup dalam dunia tahayul. Mereka memilih hidup mengandalkan kemampuan manusia, mengandalkan kemampuan berpikir manusia yang rasional. Kehidupan dan masa depan ada di tangan manusia, tidak mau lagi hidup dalam mitos dan tahayul.
Kehidupan berkebatinan orang Jawa yang masih memelihara rasa dan batin, mendorong mereka untuk hidup penuh mistis, penuh dengan kepercayaan tentang hal-hal gaib dan mahluk halus. Walaupun bukan berarti menyembah mahluk halus, tetapi mereka percaya bahwa mahluk halus benar ada dan mereka menghormati itu.
Mereka terbiasa hidup sederhana dan apapun yang mereka miliki akan mereka syukuri sebagai karunia Allah. Mereka percaya adanya ‘berkah’ dari roh-roh, alam dan Tuhan, dan kehidupan mereka akan lebih baik bila mereka ‘keberkahan’.  Karena itu dalam budaya Jawa dikenal adanya upaya untuk selalu menjaga perilaku, kebersihan hati dan batin dan ditambah dengan laku prihatin dan tirakat supaya hidup mereka diberkahi. Melakukan pemberian sesaji, ritual bersih desa, ruwatan sengkolo, syukuran, selametan, dsb, sudah menjadi tradisi sehari-hari yang dilakukan supaya hidup manusia keberkahan dan lancar dalam segala urusan.
Secara kebatinan dan spiritual, mereka percaya bahwa kehidupan manusia di alam ini hanyalah sementara, yang pada akhirnya nanti akan kembali lagi kepada Sang Pencipta. Manusia, bila hanya sendiri dan dengan kekuatannya sendiri, adalah bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, lemah dan fana. Karena itulah manusia harus bersandar pada kekuatan dan kekuasaan yang lebih tinggi (roh-roh dan Tuhan), beradaptasi dengan lingkungan alam yang merupakan rahmat dari Tuhan dan memeliharanya, bukan melawannya, apalagi merusaknya. Kepercayaan kepada roh-roh dan Tuhan ini seringkali dikonotasikan sebagai kepercayaan animisme dan dinamisme, yang kontras dengan ajaran agama.
Kehidupan kebatinan dan spiritual masyarakat Jawa itu dilandasi oleh kesadaran-kesadaran :
– Kesadaran adanya Tuhan, sebagai pencipta dan penguasa alam semesta.
– Kesadaran adanya hubungan antara manusia dengan alam dan seluruh isinya.
– Kesadaran kebersamaan sebagai sesama mahluk hidup ciptaan Tuhan, yang melandasi hubungan antar
sesama manusia dan hubungan manusia dengan mahluk lain yang nyata maupun yang tidak tampak mata.
Kesadaran-kesadaran tersebut merupakan landasan utama dalam ’kawruh kejawen’ dan mengisi hidupnya orang Jawa, menjadi budaya Jawa yang mencakup kepercayaan dan spiritualisme, falsafah hidup, tradisi dan laku budaya, sistem organisasi kemasyarakatan yang kekeluargaan, bahasa dan aksara, dan seni budaya.
Mistisisme berbeda dengan klenik. Klenik berhubungan dengan praktek / perbuatan yang berhubungan dengan kegaiban atau praktek yang menciptakan kejadian gaib, yang bukan kejadian biasa, bukan kejadian yang alami. Istilah klenik berhubungan dengan ilmu gaib / khodam dan sihir atau praktek perdukunan. Dan mistisisme dalam kehidupan orang Jawa tidak dapat secara langsung disamakan dengan perilaku klenik, karena sekalipun percaya dengan hal-hal gaib, tetapi tidak semuanya menjalankan perbuatan klenik. Dan klenik ini tidak hanya ada di Jawa, tetapi juga ada di tempat-tempat dan negara-negara lain di belahan bumi manapun, dan bisa dilakukan oleh semua orang, termasuk oleh orang-orang yang agamis.