Sejarah Majapahit 7
Selama ini hampir semua penelitian dan wacana mengenai bangunan-bangunan di situs Trowulan berkenaan dengan tata-kota, candi, gapura, arca, sistem kanal, kolam, saluran air dan gorong gorong. Temboktembok besar dan bata dan bangunan bata yang karena sudah rusak atau dirusak menjadi tidak jelas bentuknya. Hampir tidak ada peneliti yang berupaya sungguh-sungguh untuk memperoleh bukti konkrit dan rumah Majapahit di situs Trowulan. Sebab kita belum tahu benar apakah bentuk rumah penduduk kota irü santa dengan model- model rurnah dan terakota yang banyak ditemukan di situs ihi. Kita juga belum tahu apakah bentuk rumahnya sama dengan rumah yang diukir pada reief candi. Bagaimana bentuk dan ukuran denahnya, kemana arah hadapnya, apakah ia dibangun pada batiir atau pada muka tanah langsung, apakah atapnya dan genteng, sirap, ambu, atau ijuk, dan masih banyak pertanyaan yang perlu dijawab. Untunglah sejak awal tahun 1990-an dimulai penelitian arkeologi yang memusatkan perhatian pada upaya menemukan data bangunan rumah. Di antara basil kajian yang penting adalah sisa bangunan rumah yang ditemukan dalam ekskavasi di halaman Museum Trowulan (para peneliti menyebutnya Situs Segaran II).
Di situs ini pada tahun 1995, ditemukan kaki bangunan dan tanah yang diperkuat sekelilingnya dengan susunan bata (berspesi tanah setebal satu cm), membentuk sebuah batur rumah. Denah batur berbentuk empat persegi panjang, ukurannya 5,20 x 12,15 meter, dan tingginya sekitar 60 cm. Di sisi utara terdapat sebuah struktur tangga. Dan keberadaan dan letak tangga, dapat disimpulkan bahwa rumah ini mengharap ke utara dengan deviasi sekitar 9° 55” ke timur, seperti juga orientasi dan hampir semua arah struktur bangunan yang ada di situs Trowulan.
Hal yang menarik ialah bahwa di kaki bangunan terdapat selokan terbuka pada sisi kiri dan kanan kaki bangunan selebar 8 cm dan sedalam 10 cm. Di depan kaki bangunan, khusus pada lokasi tangga, selokan itu mengikuti bentuk denah bangunan tangga. Selokan tersebut dibangun dari satuan satuan bata, baik dindingrya maupun dasarnya, sehingga struktur selokan lebih kuat, dan airnya bisa mengalir lebih cepat daripada jika struktur selokan hanya dari tanah. Selokan semacam ini belum pernah ditemukan di tempat lain.
Di sekitar kaki bangunan ditemukan lebih dari dua ratus pecahan genteng terakota pada lantai halaman, yang fungsinya sebagai penutup atap bangunan ini. Juga ditemukan lebih dari tujuh puluh pecahan bubungan dan kemuncak, yaitu hiasan dari terakota yang ditempatkan di puncak bangunan, dan ukel yaitu hiasan dari terakota yang ditempatkan di bawah jurai atap bangunan.
Di depan bangunan ini ditemukan halaman yang susunannya amat menanik dan unik. Tanah halaman ini ditutup dengan struktur yang berpola kotak-kotak dan masing-masing kotak itu dibatasi dengan bata-bata yang dipasang rebah di keempat sisinya, dan di dalam kotak berbingkai bata tersebut dipasang batu-bata bulat memenuhi seluruh bidang. Tutupan semacam ini berfungsi untuk menghindari halaman menjadi becek seandainya turun hujan. Belum pernah ditemukan penutup halaman yang semacam ini, kecuali yang agak serupa yang diketemukan di selatan situs Segaran II.
Dari temuan itu dapat diasumsikan bahwa tubuh bangunan didirikan di atas batur setinggi setinggi kira-kira 60 cm. Tubuh bangunan agaknya tidak dibangun dari bata, karena di sekitar bangunan itu tidak ditemukan bata dalam jumlah besar yang sesuai dengan volumenya. Mungkin tubuh bangunan dibuat dari kayu (papan) atau anyaman
bambu jenis gedek atau bilik. Ting-tiang kayu penyangga atap tentunya sudah hancur, agaknya tidak dilandasi oleh umpak-umpak batu yang justru banyak ditemukan di situs Trowulan, karena tak ada satu umpak pun yang ditemukan di sekitar bangunan. Tiang-tiang rumah mungkin diletakkan langsung pada lantai yang melapisi permukaan batur. Atap bangunan yang diperkirakan mempunyai sudut kemiringan antara 35-60 derajat ini ditutup dengan susunan genteng terakota berbentuk pipih empat persegi panjang (24 x 13 x 0,9 cm), jumlahnya sekitar 800-1000 keping genteng yang diperkirakan berdasarkan volume bangunan tersebut. Bagian atas atap dilengkapi dengan bubungan dan kemuncak, serta pada ujung-ujung jurainya dipasang hiasan ukel. Rekonstruksi bangunan rumah yang interprestasinya didasarkan atas bukti yang ditemukan di situs dapat dilengkapi melalui perbandingan dengan bentuk-bentuk rumah beserta unsur-unsurnya yang dapat kita lihat wujudnya dalam: (1) artefak sejaman seperti pada relief candi, model-model bangunan yang dibuat dan terakota, jenis-jenis penutup atap berbentuk genteng, sirap, bambu, ijuk: (2) rumah rumah sederhana milik penduduk sekarang di Trowulan; dan rumahrumah di Bali.
bambu jenis gedek atau bilik. Ting-tiang kayu penyangga atap tentunya sudah hancur, agaknya tidak dilandasi oleh umpak-umpak batu yang justru banyak ditemukan di situs Trowulan, karena tak ada satu umpak pun yang ditemukan di sekitar bangunan. Tiang-tiang rumah mungkin diletakkan langsung pada lantai yang melapisi permukaan batur. Atap bangunan yang diperkirakan mempunyai sudut kemiringan antara 35-60 derajat ini ditutup dengan susunan genteng terakota berbentuk pipih empat persegi panjang (24 x 13 x 0,9 cm), jumlahnya sekitar 800-1000 keping genteng yang diperkirakan berdasarkan volume bangunan tersebut. Bagian atas atap dilengkapi dengan bubungan dan kemuncak, serta pada ujung-ujung jurainya dipasang hiasan ukel. Rekonstruksi bangunan rumah yang interprestasinya didasarkan atas bukti yang ditemukan di situs dapat dilengkapi melalui perbandingan dengan bentuk-bentuk rumah beserta unsur-unsurnya yang dapat kita lihat wujudnya dalam: (1) artefak sejaman seperti pada relief candi, model-model bangunan yang dibuat dan terakota, jenis-jenis penutup atap berbentuk genteng, sirap, bambu, ijuk: (2) rumah rumah sederhana milik penduduk sekarang di Trowulan; dan rumahrumah di Bali.
Lepas dan golongan status sosial penghuni rumah ini, ada hal lain yang menarik, yaitu penduduk Majapahit di Trowulan, atau setidak-tidaknya penghuni rumah ini, telah dapat menggabungkan antara segi fungsi dan estetika. Halaman rumah ditata sedemikian rupa untuk rnenghindari genangan air dengan cara diperkeras dengan krakal bulat dalam bingkai bata. Di sekeliling bangunan terdapat selokan terbuka dengan bagian dasarnya berlapis bata untuk mengalirkan air dari halaman. Dilengkapi juga dengan sebuah jambangan air dan terakota yang besar, dan kendi terakota berhias. Gambaran seperti ini rupanya semacam taman pada halaman rumah. Di sebelah timur ada beberapa struktur bata yang belum berhasil diidentifikasi. Mungkin rumah yang ukurannya relatif kecil ini hanya merupakan salah satu dan kompleks bangunan rumah yang berada dalam satu halaman seluas 200-an meter persegi, dikelilingi oleh pagar keliling seperti kita dapati sekarang di Bali